Rabu, 24 Mei 2017

televisi dan konsumerisme

jika membahas industri kreatif memang tidak pernah ada habisnya, mulai dari pro kontra melekat seakan menjadi bumbu wajib. apapun di tayangkan demi  bisa bertengger di puncak rating. tidak segan pula kosakata bermuatan kurang pantas di pakai. media bergeser menjadi kebutuan primer. tontonan  masyarakat yang berlebihan terhadap produk tayangan televisi berimbas pada perilaku konsumerisme. 


media layar kaca merupakan bisnis  industri kretaif yang menyajikan tayangan untuk khalayak. muali dari news, intertaiment, hingga sport turut dihadirkan sebagai pemenuhan kepuasan. namun tayangan yang beredar tidak dalam masanya , seperti penayangan sinema bebrbau cinta yang di konsumsi remaja usia kebawah. alhasil makna yang di tangkap cenderung negatif karena belum kapasitas mereka.
.peran orang tua  bertanggung jawap penuh dalam mengontrol perilaku anakanya , tapi bukan itu yang seharusnya di lihat melainkan . mengapa tayangan ini beredar , siapa yang memberi ijin? lembaga komisi penyiaran indonesia harusnya mampu memilah jenis program atau tayangan yang muncul. kebijakan mereka menjadi dasar pondasi perkembangan perilaku masyarakat.


konsumerisme masuk perlahan pada otak remaja , karena anak muda adalah tujuan pangsa pasar industri media. melalui sinema yang berunsur cinta menebar sahwat di perkirakan  mampu mendongkrak popularitas . dalam implementasinya remaja  menggunakan sesuatu yang di pakai atau yang di lakukan idola mereka . agar di lihat sebagai pencapaian stratifikasi sosial mereka naik. pola perilaku bid'ah yang semakin hari berkembang.  seperti tidak ada upaya memfilterisasi kebutuhan dan keinginan.

perilaku konsuerisme bisa di hindari apabila kita cerdas memilih. melihat status sosial kita mampu menjadi tolak ukur harus bagaimanakah menyikapi peredaran penayanagan dimedia layar kaca . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar